Tiga Aspek Penilaian Asesmen Nasional
Reporter: Nizar Machyuzaar | Editor: Nizar Machyuzaar
Dikutip dari laman resmi Kemdikbud (07/10/2020), Asesmen Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan. Asesmen Nasional akan mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa in put, proses, dan hasil.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan Asesmen Nasional sebagai salah satu program Merdeka Belajar dengan dukungan penuh Presiden Joko Widodo.
"Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia," tambah Nadiem dalam Webinar Koordinasi Asesmen Nasional, yang dikutip dari laman Kemendikbud.
Baca juga: AKM dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Aspek berikut ini masuk dalam kriteria penilaian Asesmen Nasional, yakni
1) Asesmen Kompetensi Minimum
Aspek ini dirancang untuk mengukur kemampuan dan pencapaian hasil belajar kognitif. Hasil belajar tersebut dapat dinilai dari literasi dan numerasi. Dua aspek tersebut merupakan syarat minimum siswa untuk berkontribusi pada masyarakat.
Mendikbud menjelaskan bahwa fokus kemampuan literasi dan numerasi tidak mengecilkan arti penting mata pelajaran. Hal ini justru membantu siswa untuk mempelajari bidang ilmu lainnya.
2) Survei Karakter
Survei karakter digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar sosial-emosional. Hasilnya berupa pilar karakter yang menghasilkan profil pelajar Pancasila.
"Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif," tegas Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim.
3) Survei Lingkungan Kerja
Aspek yang terakhir terfokus pada lingkungan belajar siswa. Aspek ini mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung di lingkungan sekolah.
Lebih lanjut, Nadiem menambahkan bahwa hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensi pada sekolah. Hasil tersebut digunakan untuk pemetaan agar tahu keadaan sebenarnya di lapangan. ***
Perlu sosialisasi yang matang karena berdasarkan pengalaman dalam kegiatan Standar Seting AKM beberapa minggu lalu, guru saja rata-rata baru sampai kelompok PIK dan Dasar. Ini akibat tidak terbiasa dengan soal yang dihadapi dalam AKM. Numerasi dan literasi peserta didik dan pendidik kita masih rendah.
BalasHapusPosting Komentar