Info SBMPTN, Rumus Cepat versus Paham Cepat


SuksesAsesmen.id
| Sukses Kuliah, Admin---Sobat Sukses, jenis tes ada dua, yakni tes yang mengevaluasi materi ajar yang telah diberikan seperti pada Ujian Nasional (UN), Penilaian Tengah/Akhir Semester (PT/AS), Ulangan Harian, dsb. Jenis tes ini disebut tes evaluatif.

Sementara itu, jenis tes yang kedua adalah tes yang menguji potensi minat dan bakat peserta tes untuk bekal belajar. Tes seperti ini biasanya dilakukan dalam seleksi masuk sekolah, seperti UTBK SBMPTN, CPNS, dsb. Jenis tes ini disebut tes prediktif.


Pada dasarnya, materi tes disampaikan dalam teks, kecuali jika ada tes dalam bentuk keterampilan yang membutuhkan fisik seperti seleksi Akpol, seleksi Jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) FKIP, dsb.


Tes pada dasarnya membutuhkan keterampilan berpikir dengan sistem atau aturan yang disebut dengan bernalar. Ada dua jenis bernalar, yakni bernalar deduksi dan induksi. Untuk lebih mengenalnya, sila Anda cermati gambar berikut ini.  


Baca juga: Info Kuliah, 15 PTN Paling Diminati di SBMPTN 2020


Merumuskan versus Memahami

Marilah kita mulai dengan dua andaian berikut ini.








Gambar 1

Pada gambar 1 kalimat apa yang akan Anda sematkan di awal untuk membangun sebuah paragraf?









Gambar 2

Sementara pada gambar 2, kalimat apa yang akan Anda sematkan untuk mengakhiri kalimat-kalimat sebelumnya?


Baca juga: Tips Belajar di Rumah buat Persiapan SBMPTN 2021

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan dua kebiasaan berpikir ini. Pada Gambar 1 cara berpikir dimulai dari sebuah tesis yang diikuti argumen-argumen, sementara pada Gambar 2 dimulai dari argumen-argumen yang akhiri dengan tesis. Dua cara berpikir ini menandai penalaran Deduksi dan Induksi. 


Jika hubungannya dengan paragraf, jenis paragraf yang memakai penalaran deduksi disebut paragraf deduktif dan yang memakai penalaran induksi disebut paragraf induktif. Dari sini kita dapat menganggap bahwa sebuah tulisan berbentuk paragraf atau karangan (kumpulan paragraf) adalah hasil berpikir sistematis penulisnya.


Akan halnya pembaca? Bermain dengan gagasan menjadi penting manakala kita masuk dalam sebuah teks. Dalam Gambar 1 pengetahuan kita dibangun dari andaian yang telah ada (tesis) yang kemudian dirinci ke dalam analisis faktual. Peristiwa ini masuk dalam cara berpikir “memahami” suatu data, fakta, atau fenomena. Contohnya, saat seorang dikter memerikan resep untuk pasiennya. Dokter akan memulai cara berpikir dari jenis penyakit dan apa saja obat untuk pasiennya.


Dalam Gambar 2 pengetahuan kita dibangun dari andaian yang belum ada. Kita mencari argumen, yakni data, fakta, atau fenomena untuk sampai pada sebuah andaian yang akan dibuat sebagai pengetahuan (tesis) baru. Contohnya, saat seorang dokter mendiagnosis penyakit pasien. Dari data, fakta, dan fenomena yang ditemukan dalam proses diagnosis, dokter kemudian menentukan penyakit pasiennya. 


Dalam kenyataannya, kedua cara berpikir ini selalu beriringan secara dialektis dalam pemerolehan pengetahuan. Kegiatan menulis dan membaca menyertakan kedua cara berpikir ini. Untuk sampai pada “apa yang ingin disampaikan oleh sebuah tulisan”, sebagai pembaca, kita menggunakan cara berpikir “merumuskan”. Sementara untuk dapat “bagaimana menyampaikan kembali sebuah tulisan kepada orang lain”, sebagai pembaca, kita menggunakan cara berpikir “memahami”.


Akhir kata, kesalahan pemerolehan pengetahuan bisa saja terjadi dengan sadar atau taksadar. Bermain gagasan yang diformulasikan dalam pernyataan kalimat, menjadi paragraf, menjadi keutuhan suatu karangan menandai cara berpikir seseorang baik sebagai penulis maupun pembaca. Tentu, kita terlalu gegabah kalau menyimpulkan bahwa Dewi hamil … Hehe. Sebabnya, kita bukan dokter, tetapi pembaca saja.


Aplikasi dalam Model Soal Asesmen dan UTBK SBMPTN (Simak Terus Bagian Berikutnya)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama